Siapa Membeli Surga
"Setiap hari saat para hamba dapat berpagi-pagi didalamnya, akan turunlah dua malaikat ke muka bumi. Salahsatu diantara keduanya berkata : "Ya Allah, berikanlah ganti kepada orang yang bersedekah." Sedangkan yang satunya lagi berkata : "Ya Allah musnahkanlah harta orang yang menahan hartanya (tak mau bersedekah)" Hadist diriwayatkan oleh Al Bukhari no.1351.
Saya baru khatam buku Sedekah Tanpa Uang, sehingga saat membaca hadist di atas rasanya sedikit terhenyak. Apa pasal? Saat kondisi ekonomi krisis seperti sekarang ini jika Anda diminta bersedekah mungkin berpikir dua kali. Kecuali orang-orang yang ikhlas. Lalu saya membaca lainnya dari Dr. Raghib As-Sirjani dan Amru Khalid yang bukunya diterbitkan oleh Aqwam, Jembatan Ilmu.
"Sedekah memiliki arti signifikan dalam berbagai isu ekonomi mikro ataupun makro. Sementara itu di sisi lain secara fitrah manusia terlalu mencitai harta. Akibatnya sulit banget jika diminta untuk berinfak dan sedekah"
QS Al Hadiid : 20 "Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak....."
Pikir saya, berarti situasi yang terjadi di kebanyakan masyarakat kita sekarang ini adalah bagian dari bukti ayat-ayatNya. Sepertinya banyak manusia berharta, tapi karena lebih suka dipakai untuk riya' pamer dan jaga gengsi maka itu lebih jadi pilihan ketimbang ikut menyingsingkan lengan membantu anak-anak kurang gizi, menyumbang untuk kepentingan ibu hamil yang sulit mendapatkan makanan sarat nutrisi.
Siapa yang mau membeli surga sesungguhnya sih? Seperti sebuah pertanyaan bodoh saja. Kalau anak muda bilang "hare gene.....sedekah? nanti aja kalo udah tua, kali."
Berkaitan dengan Idul Qurban, sebenarnya judul Siapa Membeli Surga patut ditujukan kepada siapa saja yang telah mampu memaknai keikhlasan Nabi Ismail saat harus dipenggal oleh bapaknya sendiri Nabi Ibrahim as. Momen sejarah ini menjadi contoh keteladanan tentang keikhlasan berkorban.
Ritual Haji sejak mengambil miqat di Bir Ali, kemudian melakukan thawaf mengelilingi Ka'bah, sa'i antara Bukit Shafa-Marwah adalah menelusuri jejak bagaimana kita seharusnya menjalani hidup. Seorang Siti Hajar berlari-lari mencari air demi buah hatinya, padahal padang pasir begitu tandus dan kering.
Begitu cintanya seorang ibu kepada anaknya sehingga ia rela berlari dari Shafa-Marwah. Begitupun betapa dahsyatnya cobaan Allah kepada Nabi Ibrahim as. Setelah sekian lama tidak memiliki anak, tapi tiba-tiba setelah dikaruniai anak kok harus dipenggal lehernya. Subhanallah...... bapak dan anak sama-sama rela dan menunjukkan kepatuhan kepada sang Maha Pemberi.
Apakah kita sudah seperti itu wahai teman?
Hari ini saya sungguh banyak memetik pelajaran dari berbagai bacaan ini. Kecintaan kepada Allah jangan sampai luluh diakibatkan terlalu cinta harta, jabatan dan anak.
Saya baru khatam buku Sedekah Tanpa Uang, sehingga saat membaca hadist di atas rasanya sedikit terhenyak. Apa pasal? Saat kondisi ekonomi krisis seperti sekarang ini jika Anda diminta bersedekah mungkin berpikir dua kali. Kecuali orang-orang yang ikhlas. Lalu saya membaca lainnya dari Dr. Raghib As-Sirjani dan Amru Khalid yang bukunya diterbitkan oleh Aqwam, Jembatan Ilmu.
"Sedekah memiliki arti signifikan dalam berbagai isu ekonomi mikro ataupun makro. Sementara itu di sisi lain secara fitrah manusia terlalu mencitai harta. Akibatnya sulit banget jika diminta untuk berinfak dan sedekah"
QS Al Hadiid : 20 "Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak....."
Pikir saya, berarti situasi yang terjadi di kebanyakan masyarakat kita sekarang ini adalah bagian dari bukti ayat-ayatNya. Sepertinya banyak manusia berharta, tapi karena lebih suka dipakai untuk riya' pamer dan jaga gengsi maka itu lebih jadi pilihan ketimbang ikut menyingsingkan lengan membantu anak-anak kurang gizi, menyumbang untuk kepentingan ibu hamil yang sulit mendapatkan makanan sarat nutrisi.
Siapa yang mau membeli surga sesungguhnya sih? Seperti sebuah pertanyaan bodoh saja. Kalau anak muda bilang "hare gene.....sedekah? nanti aja kalo udah tua, kali."
Berkaitan dengan Idul Qurban, sebenarnya judul Siapa Membeli Surga patut ditujukan kepada siapa saja yang telah mampu memaknai keikhlasan Nabi Ismail saat harus dipenggal oleh bapaknya sendiri Nabi Ibrahim as. Momen sejarah ini menjadi contoh keteladanan tentang keikhlasan berkorban.
Ritual Haji sejak mengambil miqat di Bir Ali, kemudian melakukan thawaf mengelilingi Ka'bah, sa'i antara Bukit Shafa-Marwah adalah menelusuri jejak bagaimana kita seharusnya menjalani hidup. Seorang Siti Hajar berlari-lari mencari air demi buah hatinya, padahal padang pasir begitu tandus dan kering.
Begitu cintanya seorang ibu kepada anaknya sehingga ia rela berlari dari Shafa-Marwah. Begitupun betapa dahsyatnya cobaan Allah kepada Nabi Ibrahim as. Setelah sekian lama tidak memiliki anak, tapi tiba-tiba setelah dikaruniai anak kok harus dipenggal lehernya. Subhanallah...... bapak dan anak sama-sama rela dan menunjukkan kepatuhan kepada sang Maha Pemberi.
Apakah kita sudah seperti itu wahai teman?
Hari ini saya sungguh banyak memetik pelajaran dari berbagai bacaan ini. Kecintaan kepada Allah jangan sampai luluh diakibatkan terlalu cinta harta, jabatan dan anak.
Komentar