Anakku Suka Menghisap Jempol? Bagaimana...

Risiko trauma pada gigi seri rahang atas meningkat. Pertumbuhan dan perkembangan struktur rahang dan gigi tidak normal. Itulah efek fisik dari kebiasaan menghisap ibu jari yang berkepanjangan terutama pada anak di atas 5 tahun. Menurut AAP Dentistry, perlu diwaspadai jika aktivitas menghisap ibu jari ini menjadi bertambah agresif dengan intensitas kuat dan tambahan dorongan lidah yang mempertinggi resiko terjadinya infeksi.

Menghisap jempol/ibu jari adalah aktivitas alami dan normal yang biasa dilakukan bayi, tak jarang berlanjut hingga ia tumbuh. Bahkan dalam beberapa kasus pemeriksaan USG 4D, janin tampak sedang menghisap ibu jari. Banyak pakar kesehatan anak mengatakan bahwa kebiasaan ini merupakan sumber kesenangan dan kenyamanan bagi bayi. Perasaan menenangkan ini berhubungan dengan produksi hormon endorfin yang juga mengurangi rasa sakit dan ketidaknyamanan. Keinginan menghisap ini tidak cukup terpuaskan juga dengan menghisap ASI.
''Ehh...baik juja baca artkeli ini Musik Menambah Kecerdasan''
Dr. Rosemary M. Jackson , dokter anak pada SUNY Downstate Medical Center di Brooklyn mengatakan bahwa kebiasaan ini normal terutama pada bayi dalam empat bulan pertama dimana mereka sangat “oral”. Bayi akan menggunakan ibu jari dan mulutnya terutama untuk mempelajari lingkungan mereka. Tidak semua bayi dan balita memilih ibu jari sebagai obyek yang dihisap. Yang lebih menentukan adalah kesenangan yang ia temukan saat pertama kali dan sebenarnya bisa dialihkan dengan dot. Menurut American Academy of Pediatric Dentistry (AAP Dentistry) angka kebiasaan menghisap lebih sering terjadi pada bayi laki-laki dibanding perempuan, tetapi kebiasaan menghisap ibu jari justru lebih banyak pada bayi perempuan.

Kapan harus berhenti?

Pada awal usia bayi kebiasaan menghisap ibu jari ini umumnya dibiarkan orang tua agar anak dapat tidur lebih lama. Bila dibiarkan kebiasaan ini dapat berlanjut saat bayi merasa tertekan, contohnya ketika ia dalam situasi asing atau saat bersama orang yang asing, keinginan menghisap ibu jari ini akan bertambah kuat.

Dalam mengevaluasi penanganan kebiasaan menghisap ibu jari ini yang penting adalah seberapa sering anak menghisap ibu jarinya, apakah perkembangan mulut dan giginya terganggu dan apakah kemampuan berbicaranya juga terpengaruh. Kebiasaan menghisap ibu jari ini sebagian besar akan berhenti saat usia 2 sampai 5 tahun. AAP Dentistry merekomendasikan orang tua untuk menghentikan kebiasaan ini sebelum mereka berusia 4 tahun saan gigi permanen pada gusi atas mulai tumbuh.

Saat tumbuh lebih dewasa, kebiasaan ini menghilang karena anak umumnya sudah mengeksplorasi dunia dan mendapatkan kebebasan lebih sehingga ibu jari menjadi tidak menarik. Mungkin kebiasaan menghisap ibu jari ini masih akan ditemukan saat ia menjelang tidur, tidur siang atau saat rewel. Kebiasaan ini bisa dialihkan dengan pemberian mainan, boneka, selimut atau benda lain yang memberi kenyamanan.

Mencegah kebiasaan ini berkepanjangan

Pertama, kebiasaan ini umumnya berhenti saat usia maksimal 5 tahun. Kedua, fokuskan pada mengurangi kebiasaan ini siang hari baru perlahan-lahan pada malam hari. Ketiga, memarahi anak bukanlah cara yang efektif untuk menghentikan kebiasaan ini.

Dr. Peter Stavinoha, psikolog anak pada Children’s Medical Center of Dallas mengutarakan tipsnya untuk menjaga agar tangan anak tetap pada tempatnya saat keinginan menghisap tersebut muncul dengan mencoba menjaga mulut anak tetap sibuk dengan percakapan atau tangan tetap dengan kegiatan bermain yang tidak berhubungan dengan area mulut.

Melukis, bermain dengan balok dan kegiatan bermain lain yang memerlukan kedua tangan sangat bagus untuk diterapkan. Pujilah saat ia tidak menghisap ibu jari. Alihkan fokus anak dengan pujian saat berhasil memakai pakaian sendiri, menggunakan toilet atau bermain sendiri. Isyarat non-verbal seperti kedipan mata dan gelengan dapat mulai digunakan untuk mengingatkan balita yang mulai tumbuh dewasa untuk tidak melakukan kebiasaan ini.

Jika kebiasaan ini tetap berlanjut saat anak melebihi usia normal, maka sebaiknya konsultasikan pada dokter anak atau psikolog anak. Jika anak tampak lebih menutup diri dan depresi, mungkin terdapat masalah lain yang lebih mendasar yang harus menjadi fokus perhatian utama.

Sumber: ans/babiestoday

Komentar

Posting populer

Tas Belanja dari Tali Rafia

Biaya Ibu Hamil Kira2 Berapa Ya?

MENGENAL PENYAKIT HERPES

Tas Belanja Tali Rafia bag I

7 Tips Untuk Mengurangi Kram Perut saat Haid